Bahasa Betawi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Betawi
Basè Betawi, Omong Betawi
Dituturkan di Indonesia
WilayahJabodetabek
Penutur bahasa
5 juta (2000) (tidak tercantum tanggal)
Dialek
Status resmi
Diatur olehBadan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kode bahasa
ISO 639-1-
ISO 639-2bew
ISO 639-3bew
Glottologbeta1252[1]

Bahasa Betawi (bahasa Inggris: Betawi language) adalah bahasa yang dituturkan oleh orang etnis Betawi yang berasal dari daerah Jakarta dan sekitarnya.[2][3] Bahasa ini memiliki pengaruh dari bahasa-bahasa pribumi pulau Jawa disekitar Jakarta yang meliputi bahasa Sunda, Banten, Cirebon, Jawa (terutama Dialek Banyumasan), maupun Bali.[4]

Bahasa ini pun juga turut menjadi dasar atas bahasa gaul (ragam Indonesia tak baku), yang digunakan oleh orang-orang di Jabodetabek, dan menyebar ke seluruh Indonesia dipengaruhi faktor industri (terutama dalam bidang dunia hiburan; seperti film, musik, dsb.) yang masif. Bahasa ini memiliki ciri khas, yaitu adanya sebagian kosakata dengan fonem /a/ pada suku akhir tertutup berubah menjadi /ə/, dan akhiran /-in/ untuk mengganti sufiks /-i/ dan /-kan/ pada bahasa Indonesia.[5]

Kosakata[sunting | sunting sumber]

Betawi Ora Betawi Tengah Arti dalam bahasa Indonesia
apa apè apa
siapa siapè siapa
pegimana/begimana/gimana pegimanè/begimanè/gimanè bagaimana
kenapa/ngapah kenapè/ngapè kenapa
ada adè ada
iyah iyè iya (baiklah)
aja/baè ajè saja
kaga/ora' kagè' tidak
gua/saya guè/ayè/sayè aku
baba' babèh ayah
bagén biarin biarkan
amat/pisan/bangat amat/banget/bè'èng sangat
ngamprak berarakan berserakan
ilok(an)? masa'? apa betul?

Dialek[sunting | sunting sumber]

Betawi Tengahan[sunting | sunting sumber]

Dialek Betawi Tengahan ini dituturkan di pusat kota Jakarta dan sekitarnya, seperti; Tanah Abang, Kebon Jeruk, Palmerah, Kemayoran. Kramat Jati, Menteng, Jatinegara, Senen, dan kawasan lainnya. Dialek ini memiliki ciri khas, yaitu; umumnya akhiran yang berfonem 'a' berubah menjadi 'è' = /ɛ/, seperti pada; ada > adè, apa > apè, siapa > siapè, dan lainnya. Akan tetapi, tidak kesemuanya berubah menjadi demikian, seperti pada contoh kata; buka > buka', nganga > nganga', dan doa > do'a.

Contoh kalimat dalam subdialek Tengahan:

''Abisan tu bocah asal nyelonong 'ajè si, tumpah dah tu kupi kena sénggol."

"Lantas anak itu asal main lewat saja, alhasil tumpahlah kopi itu tersenggolnya."

"Gini-ari pentér amat panasnyè,'ènaknyè sih jemur rengginang."

"Hari ini panasnya terik sekali, waktunya cocok untuk menjemur rengginang."

Betawi Ora[sunting | sunting sumber]

Dialek Betawi Ora ini rata-rata dituturkan di pinggiran daerah dari pusat ibukota, seperti; Pulo Gadung, Kebayoran Lama, Cakung, Cilandak, Duren Sawit, Pasar Minggu, Cipayung, dan sekitarnya. Juga Bekasi, Kab. Bekasi, Depok, Tangerang dan Kab. Tangerang.[5] Tidak seperti subdialek Tengahan yang mengganti akhiran fonem 'a' menjadi 'è', subdialek ini tetap menjadi 'a' (kadang dengan glottal stop), dan sering pula menekan menjadi 'ah', seperti pada contoh; saya > sayah, siapa > sapah, kenapa > napah dan ada > ada', kata > kata', dan iya > iya'.

Contoh kalimat dalam subdialek Pinggiran:

"Sumbrah bet romannyah, tengari-ngari ginih madang di tengah kebon, nasi timpalannyah sayur asem 'ama ikan témbang, lalabnya pucuk putat."

"Nikmat sekali rasanya, siang hari seperti ini makan di tengah kebun, dengan nasi berlauk sayur asam dan ikan tembang, juga lalap pucuk daun putat "

"Ètt dah, kunyungan trèkélan baè' si lu, mangkanyah kalo orang-tua ngomong tuh diwaro'in, jato 'kan lu dari pu'unan ."

"Astaga, sudah dibilangi kau malah main panjat pohon, makanya jika orang tua menasehati indahkanlah nasehat tersebut, alhasil jatuhlah kau dari pohon itu."

Tokoh[sunting | sunting sumber]

Tokoh-tokoh bahasa Betawi modern:

  • Firman Muntaco, yang terkenal dengan cerpen/artikel di koran tahun 1960an s.d. 1980an
  • Ganes TH., yang terkenal dengan komik "Si-Jampang: Jago Betawi" yang isinya berbahasa betawi, tahun 1965an
  • Benyamin Sueb, yang terkenal memainkan film-film yang bergenre "bahasa Betawi", tahun 1970an
  • Sjumandjaja, yang terkenal sebagai sutradara film "Si Doel: Anak Betawi", tahun 1970an

Acara televisi[sunting | sunting sumber]

Acara TV (Televisi) yang menggunakan bahasa Betawi dalam acaranya ialah;

Bacaan[sunting | sunting sumber]

  • S. Wallace (1976). Linguistic and Social Dimensions of Phonological Variation in Jakarta Malay. PhD. Dissertation, Cornell University.
  • Klarijn Loven (2009). Watching Si Doel: Television, Language and Cultural Identity in Contemporary Indonesia, 477 halaman, ISBN-10: 90-6718-279-6. Penerbit: The KITLV/Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies at Leiden.
  • Lilie M. Roosman (April 2006). Lilie Roosman: Phonetic experiments on the word and sentence prosody of Betawi Malay and Toba Batak, Penerbit: Universiteit Leiden

Buku-buku yang menjadi pastokan "Sastra Betawi" adalah:

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2019). "Betawi". Glottolog 4.1. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  2. ^ Chaer, Abdul. Folklor Betawi : kebudayaan & kehidupan orang Betawi. ISBN 9786029625691. OCLC 843021310. 
  3. ^ Nothofer, Bernd (1995-06). "The History of Jakarta Malay". Oceanic Linguistics. 34 (1): 86. doi:10.2307/3623113. 
  4. ^ Chaer, Abdul (2012). Folklor Betawi : kebudayaan & kehidupan orang Betawi (edisi ke-Cetakan pertama). Beji Timur, Depok. ISBN 978-602-96256-9-1. OCLC 843021310. 
  5. ^ a b Chaer, Abdul (2009). Kamus dialek Jakarta. Abdul Chaer (edisi ke-Ed. rev). Depok: Masup Jakarta. ISBN 978-979-15706-7-1. OCLC 437055594. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]